MARHABAN YA RAMADHAN

Kamis, Agustus 28, 2008

Setahun kemarin, kita umat Islam berpuasa. Beribadah khusyu’, menyebut nama Allah, agar dekat dengan diri-Nya. Berpuasa sebulan penuh dengan khidmat, untuk pahala-Nya yang maha lezat.


Setahun kemarin, kita berpuasa, menahan segala nafsu yang membara, menghindari makan dan minum, menghindari nafsu syahwat dalam diri kita. Memalingkan muka dari sesuatu yang mengundang nafsu apapun. Semua nafsu terpenjara. Siang dibuat pantang, dicegah dan dipelihara dari semuanya yang membatalkan. Malam pun tetap dianjurkan.

Setahun kemarin, kita berpuasa, bersujud pada-Nya memohonkan ampun atas segala dosa yang diperbuat selama ini. Hidup berlumuran dosa, nista, maksiat, kini dibersihkan dengan beribadah puasa.

Setahun kemarin, kita berpuasa, menahan dan sekaligus melatih kesabaran. Sabar berpayah-payah di terik panas matahari. Sabar di dada menahan gejolak amarah, walau setan terus dan senantiasa menggoda. Dan sabar pula dalam beribadah, terus mengamalkan ibadah serajin mungkin walau kaki telah penat, 20 rakaat bayangkan bukan main payahnya!

Setahun kemarin, kita beribadah, berzikir menyebut nama-Nya, melantunkan kalam-kalam ilahi bersama teman dan handai taulan. Di masjid, surau, langgar, musholla. Menciptakan gemuruh di antara hati dan pikiran yang menyatu dalam keindahan-Nya.

Setahun kemarin, kita berpuasa walau tetap harus mencari nafkah. Anak terus belajar dengan perut kosong, orang tua bekerja keras dengan perut kosong. Ibadah dalam pengertian sosial, aktivitas sehari-hari tak surut walau sesaat.

Setahun kemarin, kita beribadah, seorang anak menyaksikan drama indah dalam keluarganya. Ayah, sang pimpinan keluarga mengomandoi anggota-anggotanya bangun di tengah malam, menggelar sunnah-sunnah Ramadan. Sebutlah sujud tahajjud. Ibu, pendamping komandan yang setia, tak lupa dengan tugasnya bergegas menuju dapur. Dan semuanya pun sahur.

Setahun kemarin, seorang anak menyaksikan drama pilu. Siang hari ia berpuasa, menahan agar tidak batal. Tapi di sudut-sudut kehidupannya ia melihat sungguh banyak orang-orang begitu demonstratif dan bangga memamerkan ketidakpuasaannya. Makan, minum, merokok. Mereka semua rata-rata orang dewasa yang seharusnya memberikan contoh. Si anak pun berani berpikir,”Jangan-jangan puasa hanya diwajibkan kepada anak kecil???” Hatinya berperang.

Setahun kemarin, Ibadah puasa ini berakhir dengan manis. Takbir berkumandang, tahmid mengalun syahdu. Umat beriman bersorak gembira menyambut Idul Fitri, puncak perjuangan orang-orang berpuasa. Karena hari itu mereka dilahirkan kembali. Putih, bersih. Lebih bersih lagi setelah mereka yang mampu mengeluarkan zakat fitrah. Lalu sebuah akhir yang manis, bersalam-salaman.

Setahun kemarin, memang pernah ada bulan puasa, memang ada bulan Ramadan. Sekarang semua kembali seperti dulu. Ramadan telah datang kembali. Umat yang beriman pun tak jemu-jemunya kembali mengulang sejarah ribuan tahun silam, yang tak pernah lekang oleh zaman.

Bulan Ramadan sebagai masa permenungan kembali akan mengajak mereka-mereka yang bertakwa untuk mengevaluasi diri dan kediriannya selama setahun ini. Menilik cacat, menengok amal, serta memperbaiki cacatan-catatan kehidupan yang kusam.

Bulan Ramadan sebagai masa pencerahan mengilhami mereka yang bersih untuk berusaha sekuat hati mempertahankan prestasi, bahkan tak sungkan-sungkan berambisi untuk meningkatkannya. Dan mereka yang kotor untuk mencoba sadar, bertaubat, dan ikhtiar untuk menyucikan diri.

Mari kita umat Islam menyambut kedatangannya dengan hati bersih dan jiwa yang tulus. Marhaban Ya Ramadan, Syahrul Ibadah, Syahrus Sa’adah.


A. HARRIS M.
Therapist, Operational Manager & Web Guide DIAMOND IN YOU Malang
0815 568 15091
harislov@yahoo.com
http://www.mahapatihipnotis.blogspot.com


0 komentar:

 
Modification and developing by AHM Inspired by Pannasmontata             Powered by    Blogger