Kebanyakan orang begitu sangat mempercayai kalimat berikut ini: "Bisa karena biasa." Mungkin anda, mungkin saya, dan mungkin pula orang-orang lain di luar kita. Bahkan bukan hanya sekedar dipercaya, tetapi juga diyakini kebenarannya karena memang ada bukti-buktinya.
Masih ingat dulu ketika kecil kita masih belum bisa naik sepeda? Awalnya tidak bisa, setiap kali mau mencoba untuk naik sepeda, di dalam pikiran selalu muncul kekuatiran, perasaan was-was, atau semacamnya jangan-jangan nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti rasa sakit akibat terjatuh dan trauma mencoba kembali. Tetapi karena dibiasakan, maka muncullah keberanian dan kepercayaan diri dan akhirnya bisa. Itulah kekuatan dari KEBIASAAN yang sudah kita tahu sama-sama, sebuah kekuatan yang mampu menciptakan KEBISAAN dengan efek yang, sesungguhnya, LUAR BIASA.
Kebiasaan bukanlah "barang langka" karena bisa tumbuh di mana-mana pada diri setiap manusia tanpa pandang jenis, ras, usia manapun. Aktivasi-nya pun sangatlah sederhana, cukup bermodalkan kemauan dan keberanian menerima resiko kegagalan. Misalnya seseorang yang bercita-cita menjadi seorang akuntan, maka ia harus menempuh pendidikan yang terkait seperti mempelajari matematika, masuk fakultas ekonomi, sampai mempelajari seluk beluk financial management. Sebelum menempuhnya ia termasuk orang yang masih awam, tetapi begitu memasuki prosesnya, maka ia mendapati dirinya telah membiasakan menerima kondisi yang sama. Ditambah lagi dengan kekayaan pengalaman praktis yang dilaluinya. Pikiran dan mentalitasnya selalu mengapresiasi ilmu-ilmu tersebut melalui pengembangan dan pendalaman sehingga akhirnya lambat laun menjadi kebiasaan (habit) dan keahlian (expert).
Karena itu tidaklah berlebihan jika ada anggapan kebiasaan adalah "alat lontar" (ejection seat) yang paling ampuh bagi siapa saja yang ingin mencapai tujuan hidupnya. Dan sekaligus pula kebiasaan adalah alat benam (suppressor) paling efektif.
Maksudnya?
Ini adalah tentang pilihan. Selain untuk meningkatkan prestasi, karir, mencapai kebahagiaan, dan hal-hal positif yang lain, kebiasaan juga punya "kabar buruk" buat kita. Kebiasaan juga bisa memerangkap seseorang dalam kondisi yang tidak diinginkan dan menenggelamkannya semakin dalam. Seperti kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, kebiasaan berkata kotor, gaya hidup boros, dll.
Jika direnungkan kembali, kalimat "bisa karena biasa" memang sangat benar sekali. Tafsiran tentang BISA pun menjadi beragam: bisa yang bermakna "kemampuan" untuk menaikkan kualitas hidup atau bisa yang "beracun" dan mematikan. Ibarat sajian di atas meja, keanekaragaman yang harus diakhiri dengan pilihan.
Selamat memilih.
A. HARRIS M.
Therapist, Operational Manager & Web Guide DIAMOND IN YOU Malang
0815 568 15091
harislov@yahoo.com
http://www.mahapatihipnotis.blogspot.com
KEBIASAAN, Memilih MENJADI BISA ataukah MEMBISA?
Rabu, Agustus 06, 2008
0 komentar:
Posting Komentar